MENULIS DENGAN HATI

Ini adalah blogg pertama saya. awalnya BERANDA HATI NETA dibuat sebagai sarana berbagi ilmu. namun dengan berjalannya waktu blogg sy sesuai dg namanya menjadi sarana curahan hati baik suka maupun duka. namun apapun itu jika ada kesamaan cerita semoga kita bisa mengambil hikmahnya. SELAMAT MEMBACA


Selasa, 26 Oktober 2010

Berusaha Menikmati Pekerjaan Baru

Setelah menganggur selama dua minggu kurang, akhirnya aku kembali bergabung dalam sebuah program. Atas inisiatif memes, temanku di program expose yang kini tinggal kenangan, per hari rabu 20 oktober 2010 aku bergabung dalam AKI WEEKEND. 
Hmmm seperti janji memes, di AKI WEEKEND emang enak sih, selain libur senin-selasa, rabu sampai jumat diskusi dan sabtu-minggu live mulai dari jam 6:30 - 08:30, tim nya yang kebanyakan cowok juga asyik-asyik banget. untuk ukuran orang baru, aku tidak merasa dikucilkan deh...
Tapi secara pekerjaan, mungkin ini sebuah konsekwensi karena produksi di tvone sudah dilebur menjadi program current affair. Walhasil aku yang dulu sebagai seorang creative, kini harus menghadapi kenyataan harus masuk dalam jajaran staff produksi. Meski awalnya shock, tapi setelah aku renungi it's oke..the show must go on. 
Pointnya satu, berusaha memberikan yang optimal dari diri aku dan berusaha tidak mengeluh...God Bless Me

Kamis, 14 Oktober 2010

Mengenang Tugas Pertama Sebagai Wartawan

Sejak memutuskan untuk mencintai dunia jurnalist suka duka bagaimana menghasilkan berita yang cover both side masih begitu terasa. Ya, sejak lulus sekolah tahun 2000, pertengahan tahun 2001 aku memang telah menjadi wartawan cetak untuk media ekonomi PROSPEKTIF. Luar biasa tantangannya. Tanpa bekal ilmu sedikitpun aku berusaha melobi narsum yang notabene memiliki jabatan di perusahaan besar di Indonesia. Masih ingat dalam benakku, tugas pertamaku untuk mewancarai vice president Kalbe Farma, Bpk Vidjongtius. Ampunn lucunya, lantaran deadline dan belum dapat jawaban untuk waktu khusus wawancara, aku bersama temanku anis memutuskan untuk hunting di kantor Kalbe Farma. Tau tidak apa modal kita...sebuah foto ukuran postcard wajah sang narsum. Dan percaya tidak percaya, belum juga kantor buka, tepatnya jam 7 pagi, aku dan anis sudah nongkrongin di depan ruangannya...Dan tepat pukul 9 pagi, dengan bolak-balik memastikan wajah seseorang dengan postcard yang kita punya sama, pak vidjongtius datang juga.
Aduhhhh, kalau ingat bagaimana muka tebalnya kita sebagai wartawan baru, lucu juga sih, dengan pedenya kita langsung menghampiri beliau dan langsung menyapa dan untungnya beliau itu orangnya ramahh banget. Kita pun diterima dengan baik (kali ini aku setuju, wartawan ekonomi itu lebih dimanusiakan daripada wartawan hiburan atau politik)
Nah, kejadian lucu keduapun kembali terjadi. Maklum lah, aku baru satu minggu jadi wartawan langsung handle berita utama. Sebagai wartawan kita kan selalu dibekali TOR (Term of Reference) yang berupa pertanyaan-pertanyaan utama, nah sangking groginya, pas dipertengahan wawancara aku dan anis sama-sama blank, ya ampunnnn lupa deh mau nanya apa. Tapi kami pantang malu, dengan wajah tanpa dosa, aku pun berkata pada pak vidjong
"Maaf ya pak, saya buka TOR saya dulu, Maklum wartawan baru,"
Walhasil, ngepek deh pertanyaan dari TOR yang seharusnya sudah aku hapal, hiksss...
Dan alhamdulillah endingnya bahagia, selain kita dapat beritanya aku dan anis pun dapat bingkisan dari Kalbe Farma.

Ya, begitu kerasnya pemred kami waktu itulah yang sepertinya kini membentuk kepribadianku lebih baik. Kebayang deh kalau dimanjain, mungkin aku tidak se tough ini setiap menjalani kejadian dalam hidupku.
Satu pelajaran yang aku dapat dari kantor pertamaku, "Biarkan Orang Bermain, Yang Penting Bukan Kita, Percayalah Karena Suatu Hari Nanti Semua Itu Harus Dipertanggung Jawabkan Kepada Sang Khalik Dan Hukum Dunia"
Dan meski hanya 3 tahun di dunia media cetak, ilmu dari seorang Mba Deyang, pemred ku dan Mba Yuni, redakturku begitu membekas dan selalu kuterapkan

Rabu, 13 Oktober 2010

Narsis Dengan Anak Sendiri

Kalau ada pepatah "Siapa yang menggarami air laut", Itu juga kali ya yang terjadi pada aku. Selain Derryl adalah anak satu-satunya sampai saat ini, kadang suka takjub sendiri, kok bisa ya perpaduan wajah antara aku dan suami menghasilkan sosok yang begitu tampan, hmmmm Narsis kan..tapi mudah-mudahan sih semua orang percaya, kalau aku adalah ibu dari derryl prima ihsan elannur yang proses melahirkannya luar biasa berat. 
Lov U My Little Boy, God Bless U 


Selasa, 12 Oktober 2010

Menginap Di Footprints Hostel Hanya 12 SGD Per Kepala (BBK) part 2

Perjalanan sebagai backpakers ke Singapura pun Dimulai. Jam 12 malam kurang waktu singapura Aku dan Keluarga sampailah di Bandara Changi. Maksud hati sih karena sudah malam banget, kita ingin naik taksi. Ya, gpp deh mahal dikit, soalnya udah malam dan bawa orang tua. Tapi, luar biasa ya aktivitas bandara yang satu ini. Waktu semakin larut bukannya tambah sepi, ini malah tambah rame. Dan karena Warga singapura adalah warga yang taat antri, ampunnnn antri naik taksinya puanjangggg banget, kalau dijabanin mungkin jam 1 an kali ya baru jatah kami naik.
Nah, berhubung ini bukan kali pertama aku ke Sing, aku ajaklah kedua orang tuaku untuk naik MRT. Soalnya kabarnya MRT Sing itu sampai jam 00:30. Ketika sampai di stasiun MRT Bandara, tiba-tiba penunggu loketnya berteriak kepada kami, "Last train, last train," waduhh, padahal kita baru aja sampai dan belum beli tiket.
Ya, dengan bekal bahasa inggris aku yang little-little i can, aku jawablah " we dont hav buy ticket sir,"..tahukah jawaban petugas tersebut, "No problem, you can buy at ur destination," . Alhamdulillahhh.....
Dan Sepertinya Allah memang meridhoi perjalanan kita (mungkin karena niatnya nyenengin orang tua ya, adaa aja jalannya) pas sampai stasiun bugis junction dan aku mau bayar tiketnya, lagi-lagi harus aku acungkan jempol bagi petugas singapura, kita digratisin. hmmm, padahal kalau di jakarta sebagai turis kebayang deh, kalau kondisinya kayak kita bakal di getok harganya setinggi-tingginya, hiksss
Bermodal iternity hostel yang sudah saya booking dari jakarta, yupp, karena takut tidak dapat hostel murah dan mengingat backpaking kali ini jumlahnya bukan jumlah untuk masuk hotel, aku memang memutuskan untuk booking dari jakarta yang alhamdulillahnya per kepala cuma 12 SGD.
Terusin ya ceritanya, dari bugis junction kita naik taksi menuju footprints hostel yang berada di lokasi little india. Hmm, untuk ukuran penginapan di singapura, footprints boleh jadi rekomendasi bagi para backpakers. Meski ada dipojok tempat, hostel ini cukup bersih dan nyaman. Bahkan kamar mandinya bisa dikategorikan bersih. Dan sekali lagi Allah maha baik pada kami, Seharusnya dengan kondisi Aku bawa anak dibawah 4 tahun, footprints tidak mengijinkan untuk kamar yang campur dengan orang, tapi seperti diketuk hatinya, pemiliknya mengijinkan kita.subhanallah.
Dan seperti hostel2 backpakers lainnya, footprints mewajibkan penghuninya jika ingin check out harus menurunkan sprey dan sarung bantal sendiri. Dan gak usah takut gak dikasih makan, meski cuma bayar 12 SGD per kepala, mereka menyediakan makan pagi loh berupa roti, teh, kopi, bahkan buah-buahan. Hmmm, pengalaman menginap yang menyenangkan

Senin, 11 Oktober 2010

Berburu Sepeda Lipat Murah

Gara-gara melihat promo sebuah hypermart yang baru buka (Lottemart) yang memberi harga super miring untuk sepedea lipat hanya seharga 499.000, jadi kepikiran pengen punya sepeda lipat juga. Dipikir-pikir, lumayan juga untuk ngajak anak muter-muter komplek dan belanja sayuran.
Seharusnya sih masih ada satu hari lagi untuk berburu seli di lottemart dengan harga yang murah, tapi kayaknya mikirin harus keluar rumah jam 7 pagi, supaya dapat antrian nomer satu, males banget deh.
Walhasil, sepanjang hari ini kerjaannya browsing seli di internettt aja, sampai anak tercinta lupa dikasih makan, hehehe (jangan ditiru ya)..
Sejauh ini sih masih pengennya ke lottemart karena kurang satu hari lagi besok, tapi kalau emang malesnya lebih gede ya mudah2an sih berburu di toko sepeda juga dapat harga miring, amiin

Minggu, 10 Oktober 2010

Backpaking Bersama Keluarga (BBK) part 1

Ini Adalah pengalaman aneh,lucu tapi nyata. Sejak melancong ke negeri tetangga singapura dan malaysia bersama dua partner kerjaku sekaligus sahabat, pipin dan memes pada tahun 2009 akhir, aku seperti haus akan liburan. Padahal kalau dibilang suka jalan-jalan keliling jogja, solo, purwokerto dan magelang, aku jagonya. Tapi sepertinya racun liburan keluar negeri telah begitu merasuki jiwaku.
Dulu sih selalu bilang, apa bisa ke luar negeri, secara duit minim abis. Tapi setelah diajari oleh salah satu temen baikku Lazmia, aku baru tahu liburan keluar negeri itu gak perlu merogoh kocek super dalam. Walhasil, Sitgma bahwa liburan ke luar negeri itu mahal TERPATAHKAN.
GAK PERCAYA????..buktiknya aku dan semangat keluargaku.
Perjalanan seorang backpakers pun dimulai.
Aku bersama 7 saudaraku (bapak, mama, suami, anak ku derry, kakakku mba in dan dua anaknya rafi dan fira) merasakan nikmatnya backpakers bersama keluarga.
Hari Senin, 27 September 2010 sore, dengan pesawat Tiger Airlines dengan harga tiket 800.000 untuk bertiga,  kakakku dan kedua anaknya mendarat lebih dulu di kota yang harus diakui sangat bersih dan ramah SINGAPURA. sedangkan tim aku yang berlima sampai di singapura dengan air asia dengan tiket seharga 1,5 juta untuk PP tiba jam 12 malam waktu singapura. 
Memang tidak ada yang unik sepanjang aku dan keluarga menunggu pesawat take off selain tentunya masalah delay. yang justru unik adalah tentang bawaan kami...
Mengingat budget yang kami miliki super minim dan hidup di singapura mahal sedangkan uang kita hanya cukup untuk beli oleh-oleh, backpakers keluarga kami dipersiapkan dengan persiapan yang SUPERRRR LEBAYYYY. Banyangin aja..dalam ransel kita ada nasi, lauk, kue, apapun makanan yang bisa kita makan selama dua hari di singapura.
Hmmmmm, kebayangkan beratnya...luar biasa berat, apalagi, karena bawa dua orang tua yang telah tua dan renta, terpaksa deh barang bawaan mereka hanya aku dan suami yang membawa, hiksss...
Dan yang sedikit membuat diriku sesungguhnya malu tersipu-sipu, waktu pemeriksaan di bandara Soetta, tempat nasi yang dibawa dalam ransel suamiku tidak terdeteksi oleh alat detektor, walhasil sang petugaspun bertanya apa isi dalam kotak tersebut. 
Nah pas aku jawab nasi, mereka hanya mesem-mesem begitu deh...
ya...maklum deh, namanya juga backpakers dg budget super minim, hihihi

Kembali Bekerja

Hari ini adalah hari pertama aku kembali bekerja, setelah cuti panjang selama dua minggu. Berharap ada perubahan diruang kantor yang sebelum aku tinggalkan masih dalam kondisi kosong dan belum diatur dengan baik. Dan tahukah...setelah aku tinggal dua minggu penuh untuk liburan, wowwww, tidak ada perubahan. 
Aneh juga sih, tapi lumayan tidak membuat aku bingung dan salah tingkah. Setidaknya, dua minggu tidak membuat aku ketinggalan berita tentang my lovely office, cuma...masih bingung aja, untuk kedepannya aku megang program apa ya...

Sabtu, 09 Oktober 2010

Jangan Sepelekan Cita-citamu

Siapa bilang cita-cita masa kecil kita hanyalah bunga mimpi dimasa depan. Saya salah satu yang tidak mempercayai hal tersebut. Karena sesungguhnya yang kini Saya raih meski belum sempurna adalah cita-cita masa kecilku.
Berawal dari cita-cita masa kecilku menjadi seorang Reporter Televisi. Ya, Sejak Kecil, Aku ingin sekali menggeluti bidang pertelivisian. Ketika Masih SD Kelas 4, setiap acara TVRI Program 2 yang menyiarkan berita berbahasa inggris, aku selalu termenung di depan televisi sambil membatin, "Suatu hari nanti aku akan seperti Dia. Ya...saat itu aku begitu mengagumi sosok penyiar TVRI ternama bernama yang lucunya kok lupa ya namanya (hehehe)
Dan entah menjadi sebuah kebetulan atau tidak, keinginan masa kecil itupun selalu terpupuk sampai aku besar.
Bekerja disebuah industri televisi mungkin sedikit dari pekerjaan bergengsi yang begitu digandrungi anak yang baru lulus kuliah. namun tanpa merasa rendah diri, aku sadar  betul, dengan background pendidikanku yang lulusan fakultas Peternakan universitas jenderal soedirman jelas membuat orang merasa aneh jika aku ngotot untuk berkecimpung ke didunia reportase. Namun pada saat itu, jiwa mudaku berkata, pepatah tidak ada rotan akarpun jadi, aku jadikan pegangan untuk masa depanku. Tidak bisa menjadi seorang jurnalist televisi, jurnalist di media cetak pun oke.
Dan Allah maha baik kepadaku, tahun 2001 lepas lulus kuliah aku langsung diterima disebuah media ekonomi mingguan bernama PROSPEKTIF. Meski gajiku luar biasa kecil, namun pengalaman yang luar biasa yang aku dapat dimedia tersebut tidak ternilai harganya. Aku diajarkan bagaimana menjadi seorang jurnalist yang baik, tetap fokus, dan berpijak pada kebenaran.  Hal tersebutlah yang membuat aku berkali-kali mengucap syukur kepada sang Khalik karena aku tidak diijinkan sedikitpun mengangganggur setelah sekolah dan mendapat ilmu yang luar biasa mahal dari pekerjaan pertamaku.
Dan dengan rasa syukurku yang begitu dalam, pada tahun 2006 cita-cita kecilku terwujud, karena aku diijinkan Allah bergabung dengan LATIVI yang kini bereinkarnasi menjadi TvOne. Dan meski aku bukanlah seorang reporter di TvOne, berkarir menjadi seorang creative disebuah televisi bergengsi adalah sebuah kebanggaan.  
Jadi jangan pernah sepelekan cita-cita kita, dan gantunglah cita-cita kita setinggi mungkin, karena dengan ridho Sang Maha Kuasa, semua itu akan menjadi kenyataan. Amiin